Rute Trenggalek-Panggul

Sebelum saya lanjutkan. Saya kira, perlu saya jelaskan mengapa saya repot-repot menulis perjalanan ini. Saya tentu saja bukan Ibnu Batutah atau Marcopolo. Tulisan ini bukan untuk ambisi sebesar itu. Saya hanya ingin membayar hutang kepada para penulis perjalanan sebelumnya. Dari blog-blog dan tulisan merekalah saya memperoleh informasi jalur yang akan saya lewati.

Jalur yang sedang kita bicarakan adalah jalur yang belum populer seperti Jalur Jogja-Surabaya. Seperti saya, ada banyak orang yang ingin tahu jalur-jalur tak terkenal ini. Maka, dengan menulis kondisinya saya harap tulisan ini bisa membantu Anda yang ingin jalan-jalan, mudik, atau mungkin 'nganter manten' ke Pacitan :)
Gityu?

Trenggalek-Suruh-Dongko-Panggul 45 KM 
***
Kalau kita bicara Lintas Selatan Jawa Timur, tentu kita tidak memulai perjalanan dari kota Trenggalek. Saya bisa memulainya dari Durenan, belok kiri dan kemudian melewati Munjungan. Tetapi, ah, jalur itu kabarnya sangat mengerikan karena berada di pinggir jurang dan puncaknya juga ekstrem. Jadi, rute Trenggalek-Suruh-Dongko-Panggul tidak termasuk JLS, melainkan jalur lintas tengah dan kita memilih jalur aman ini.

Saya memulai perjalanan pagi-pagi sekali. Karena destinasi pertama kami adalah pantai, kami shalat subuh lalu berangkat, tanpa mandi-mandi dulu, tanpa sarapan dulu. Pukul 04.45 kami menuju Tulung Agung, dengan tujuan pertama mengisi bahan bakar di daerah Rejo Agung.

Saat memasuki kabupaten Trenggalek, titik-titik hujan menyambut kami dan segera berubah menjadi hujan deras saat kami memasuki Kota Trenggalek. Di pertigaan arah Sumber Ringin, ada peringatan jalan tertutup dan para pengguna diminta untuk lewat jalur alternatif ke arah kota. Karena ini adalah satu-satunya jalur yang sudah saya siapkan, saya tidak mau ambil resiko ganti jalur dan memutuskan untuk bertanya kepada penduduk setempat.

Lampu merah pertama di pintu masuk Kota Trenggalek
Informasi yang kudapat: jalur ditutup karena ada perbaikan jembatan, tetapi mobil kecil seperti kami masih bisa melewatinya. Maka, perjalanan kami lanjutkan, menempuh rute asing di tengah rintik hujan dan gelapnya pagi. Di titik jembatan yang sedang diperbaiki itu, kami harus menunggu untuk menggunakan jembatan sementara dengan sistem buka tutup. "Polisi cepek" mengatur lalu lintas pengguna dari arah barat dan timur secara bergantian.
Pembangunan jembatan di jalur antara Karangan-Suruh, Trenggalek
(Update: saat ini jembatan sudah selesai dan jalur lancar [10/5/2015])

Setelah melewati jembatan, kendaraan kembali saya pacu dengan kecepatan 50-60 kmph. Maklum, selain belum pernah melewati jalur ini, cahaya matahari pelan-pelan mulai menggantikan hujan yang sudah mereda dan menyajikan pemandangan yang eman-eman untuk dilewatkan begitu saja. Satu dua bukit karst tampak elok di kejauhan. Sayang, kamera Xperia yang kutanam di kaca mobil belum bisa merekam dengan tingkat cahaya serendah pagi itu. Mata kami, tentu sudah bisa leluasa menikmatinya.
Keindahan pagi yang tak terekam kamera dengan baik :(
Sejauh ini jalur yang kami lewati lumayan baik. Tidak lebar dan ada beberapa potong meter yang tengah diperbaiki, tetapi umumnya jalur yang mulai mendaki selepas Kecamatan Suruh cukup ramah untuk Ertiga yang kami tunggangi. Memasuki hutan apa begitu, jalan malah lebar dan mulus. Hanya satu dua mobil yang berpapasan dengan kami dan ada satu bus angkutan umum Trenggalek-Lorok yang sempat aku lewati di jalur itu.
(Update 10/05/2015: pembangunan jalur sudah selesai sepenuhnya)
Bus Trenggalek-Lorok
Perjalanan menembus pagi dan hutan itu terbayar dengan pemandangan indah di kanan kiri. Sama seperti setiap kali kita melewati sebuah jalur untuk pertama kalinya, kata 'wow' tidak akan pernah cukup untuk menyertai kenikmatan kita.

Saya tidak ingat persis di ruas mana, tetapi kalau tidak salah di ruas Petung, Dongko, ada sekitar 1.5 KM jalan yang tengah diperbaiki. Beberapa potong jalan di ruas itu tidak beraspal dan terlihat beberapa kendaraan proyek tengah menyelesaikan ruas itu.

update 10/052015: tidak ada lagi pemandangan semisal ini 

Sesudah itu, jalan lancar wis. Mobil terus saya pacu untuk mencari SPBU terdekat. FYI, jujur saja, kami lebih sering nyari SPBU sebenarnya karena urusan kamar kecil daripada urusan bahan bakar. Mobil kami, dengan jarak tempuh di bawah 300 KM, biasanya hanya perlu isi di awal perjalanan dan di akhirnya. Kalau tadi kami mengisi bahan bakar full tank di Tulung Agung, maka pengisian berikutnya adalah sesudah kami sampai di rumah Jogja.

Kami menemukan pom bensin di ujung akhir rute Trenggalek-Panggul, tepatnya sekitar kurang dari 1 KM sebelum kota Panggul. Sebuah SPBU baru (belum ada di Google MAP, koordinat -8.242953, 111.473116) yang bersih dan nyaman. Ini adalah SPBU satu-satunya dari rute Trenggalek-Panggul yang kami lewati. (Update 15/05/2015: ada satu pom bensin lagi sebelum pom bensin ini yang telah dibuka, saya tidak sempat cek dimana lokasi persisnya)


Bersambung ke  bagian 3: Jalan Mulus JLS Pacitan

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama