6 Alasan Mengapa Anda Perlu Waktu Imsak

Pesan di WA atau media sosial jelas bukan fatwa. Tetapi pengaruhnya mungkin melebihi Fatwa MUI yang tidak populer. Misalnya pesan bahwa waktu imsak tidak dicontohkan Nabi. Saya sudah terima pesan ini dulu-dulu, nggak saya gubris. Eh, muncul lagi. Muncul lagi lewat berbagai jalur yang dalam ilmu Hadits bisa membuat sesuatu yang sesungguhnya daif (lemah) menjadi "hasan lighairih" (layak karena didukung oleh jalur lain). Ini versi terakhir yang saya ingin komentari, karena disebar di kalangan terdidik UIN dan tampaknya dibenarkan oleh sebagian pembacanya. Waktunya bicara kalau gitu!




1. Waktu Imsak bukan Ciptaan Islam Nusantara

Imsak hanya di Indonesia dan Malaysia? Ciptaan Islam Nusantara? Anda yang punya jaringan teman internasional bisa tanya teman-teman Anda di berbagai belahan dunia lain. Di Arab, di Turki, dan di negara-negara lain (kecuali bagi yang beraliran Wahabi tekstualis seperti penulis pesan WA itu), penggunaan Imsak adalah hal yang biasa saja. Ini juga ada Google untuk mengecek apakah ada praktik semisal di luar Asia Tenggara kalau nggak percaya juga.

2. Islam Tidak Sempurna kalau Hanya Sepotong Dalil Kau Baca

Sebenarnya sih tidak ada yang salah dari logika penulis pesan WA bahwa, "Islam sudah sempurna, jangan kau tambah dan jangan kau kurangi." Persoalannya adalah ketika Islam mengajarkan A, B, C, D, E sementara si penulis hanya membaca A dan B. Dengan bacaan itu lalu ia mengatakan bahwa yang C, D, dan E itu bid'ah. Hadits soal kapan mulai puasa yang ia kutip itu baru A dan B. Sementara waktu Imsak lahir dari dalil A, B, C, D, E.
Artinya, apa yang menurutnya "Islam sempurna" itu menujadi Islam dangkal dan pongah karena tidak mendengar informasi, dalil, dan Hadits lain. Dalam hal ini minimal, kalau tidak mau mendengar, ya sudah dipakai sendiri dan nggak usah menyalahkan.

3. Dua Dalil dari Zaman Pra Hisab Falakiyyah

Dua riwayat yang dikutip dan dipangkas sebagai dalil khusus (seolah-olah tidak perlu dalil lain) untuk menolak Imsak itu hanya dua potong peristiwa yang menunjukkan bagaimana susahnya orang dulu untuk memilah-milah waktu sebelum teknologi waktu (jam) diciptakan. Menurut riwayat lain (muttafaq alaih), disebutkan bahwa saat itu ada dua adzan pagi di Madinah: adzan Bilal pada saat fajar pertama dan Ibn Ummi Maktum pada saat fajar kedua. "Makan minumlah saat adzan Bilal dan berhentilah saat adzan Ibn Ummi Maktum karena ia tunanetra dan hanya adzan kalau diperintah adzan."(Cek referensi di sini) Artinya, boleh melanjutklan makan minum saat adzan yang dikumandangkan di saat fajar yang meragukan. Kalau adzan fajar sadik, ya harus berhenti.

4. Waktu Subuhmu pakai Apa?

Sekarang kita tanya kepada penganut mazhab anti imsak, ia menetapkan masuknya waktu subuh pakai apa? Apakah ia konsisten melihat benang hitam-putih (seperti zaman Nabi) atau ia melihat jadwal salat yang diterbitkan kementerian agama atau di kalender rumah?
Kalau ia mengikuti jadwal yang diproduksi ilmu Falak itu (saya yakin 99% masjid kita menggunakannya), maka ia harus tahu bahwa para ahli Falak sudah bisa memilah dengan pasti antara dua fajar itu. Adzan dikumandakang saat fajar kedua, fajar yakin, fajar sadiq, yang menurut Hadits di atas orang harus berhenti makan-minum. Wajib meng-qada' bila ngotot minum walau setetes air!

Nah, satu hal penting perlu diketahui, para ahli Falak juga sudah menambah 1-2 menit dari hitungan aslinya lho. Artinya, kalau hitungan aslinya Subuh jatuh pada pukul 4:30, di jadwal salat yang mereka terbitkan adalah 4:32. Untuk apa? Ikhtiyat! atau bahasa ilmiahnya margin of error. Daripada belum masuk waktu sudah salat, maka dimundurkan dua menit, biar aman.

5. Ihtiyat Puasa berlawanan dengan Ihtiyat Salat

Selagi untuk salat para ulama menambah 1-2 menit dari hitungan aslinya, sebaliknya untuk puasa ya harus dikurangi dari hitungan aslinya. Kalau 4:30 hitungan aslinya, ya puasalah 4:28. Sungguh celaka bila Anda menggunakan jadwal salat Subuh untuk memulai puasa!

6. Imsak itu Ada Dalilnya juga, Dikira cuma Hasil Ziarah Kubur Wali?

Walhasil, kalau Anda hanya mau percaya dalil dan tidak percaya semua penjelasan Falakiyyah di atas, baiklah, mau apalagi.... Silakan baca Sahih Bukhari, Kitab as-Saum, Bab Qadru Kam Bayna as-Sahur wa Salat al-Fajri. Saya yakin Anda pasti bisa memahami apa yang dibicarakan para Sahabat Nabi soal jarak antara makan sahur dan salat Subuh. Kita cari riwayat yang dinyatakan sahih oleh al-Bukhari, bukan Albani!*

Tambahan lagi. Imsak bukan Soal NU versus Muhammadiyah

Di Indonesia, semua yang menggunakan Hisab Falakiyyah menggunakan jadwal Imsakiyyah. Kita juga sepakat, kat bulat, untuk menggunakan ihtiyah 10 menit sebelum jadwal waktu subuh. Imsakiyyah Ramadan 1436 versi Muhammadiyah, silakan diunduh di sini sesuai kota masing-masing.

Catatan Ramadan 11  

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama